Belajar Kejujuran Dari Pesantren

Tujuan fundamental pendidikan adalah menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didiknya. Kejujuran bukan hanya dimiliki wilayah kognisi semata, melainkan dipraktikkan dalam kenyataan kehidupan.

Hal yang paling menonjol dari nilai kejujuran di pesantren diwujudkan dengan sikap jujur pada diri sendiri. Para santri hidup menampilkan diri sendiri dengan apa adanya, dalam istilah pesantren tidak "neko-neko", sehingga kehidupannya terkesan penuh akan kesederhanaan, tidak mengenal gengsi, dan tak menghiasi dirinya secara berlebihan.

Para santripun jika ada yang bersalah, tidak menghindar atau mencari-cari alasan dan siap menerima sangsi sebagai konsekuensi dari perbuatannya itu.

Nilai kejujuran inilah yang menjadi inti dari pendidikan dimanapun, jujur terhadap dirinya sendiri, jujur terhadap orang tua, masyarakat, dan jujur terhadap masa depannya.

Oleh karenanya, kejujuran para santri sedini mungkin tertanam dalam dirinya baik dalam perilaku, ucapan maupun tanggung jawab. Nilai kejujuran ini memang sangat mudah untuk diucapkan akan tetapi dalam praktiknya sangat sangatlah sulit, walaupun masih bisa dilakukan.

Sadar ataupun tidak sadar kita terkadang tidak jujur, tetapi ketika kita kembali kepada ajaran tentang kejujuran yang sudah tertanam, maka kita kembali sadar, meskipun sulit menghindari ketidakjujuran secara sadar ataupun tidak sadar kitapun pernah TIDAK JUJUR.

"Kejujuran adalah suatu keniscayaan, namun realita kehidupan terkadang membelokkan kejujuran ke jurang ketidakjujuran"

"رأس الذنوب الكذب"

 

 

Widi Dalang
Alumni Gontor tahun 1999 Akhir (Spinker 620)

Share this Post